Resume Book Review : Prolog | Takziyatun Nafs - Abu Bassam Oemar Mita
Sesungguhnya tidak ada yang mampu melapangkan hati, kecuali Allah.
Yang kita takutkan seharusnya bukan sedikit nya ilmu dan riwayat, tapi banyaknya ilmu yang tidak memberikan faedah untuk mendekatkan pada Allah.
Mendidik hati dan qalbu kita berada di posisi hati yang diridhoi Allah. Ketika qalbu dan jiwa jadi bersih dan tidak dikotori dengan sesuatu yang dikotori perkara yang dibenci dan dimurkai oleh Allah.
Ilmu jika tidak dibarengi Takziyatun Nafs, maka hatinya bisa penuh hasad dan angkara murka. Menjadi walinya Allah di tengah keramaian. Menjadi walinya setan di tengah kesepian.
Ketika beribadah pada Allah, perhatikan qalbu dan hati. Karena beribadah pada Allah dengan hati. Dan hati adalah tempatnya jiwa. Hati dan qalbu adalah barometer kebaikan dan keburukan. Ketika hati buruk, yang lain ikut buruk; begitu pula sebaliknya. Kedudukan amalan hati lebih penting dari amalan dzohir.
Book Review :
Judul : Takziyatun Nafs
Penulis : Imam Ibnu Rajab
Jika hati kita bersih, ketika memandang perbedaan bukan dengan kacamata hitam dan putih. Tapi ketika sabar melihat perbedaan.
Ilmu yang menjadikan kita suka membenci jangan-jangan bukan ilmu, tapi racun hati. Karena yang suka membenci itu setan.
Orang yang beruntung adalah orang yang senantiasa membersihkan hatinya.
Hati yang selamat; hati yang senantiasa membersihkan diri dari pengotornya, dari keburukannya, dari segala perusaknya.
Cara kita menjaga hati yang menjadikan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya.
Akan datang suatu hari tidak bermanfaat harta dan anak, kecuali yang datang pada Allah dengan hati yang selamat.
Hati yang selamat : proses ikhtiar yang panjang ketika kita membersihkan hati dan jiwa dari segala perusaknya.
Kenapa belajar Takziyatun Nafs? Supaya tidak sombong, tidak riya, menciptakan kearifan hati, kebersihan qalbu agar mampu mendukung ibadan dzohir pad Allah.
Video :
0 comments